Sukses Bangun Sekolah Pariwisata seseorang dari bali yang bernama I Nyoman Sudi Artawan adalah putra ketiga dari pasangan suami istri dari Ketut Merta dan Wayan Kenak dari Desa Pelapuan Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng. Kedua kakaknya meninggal karena sakit sejak kecil. Tentu ini pukulan berat bagi kedua orang tua Sudi, sehingga orang tua Sudi memutuskan untuk pindah ke desa Bongancina ketika Sudi lahir . Sudi dan orang tuanya yang bekerja harian di tetangganya tinggal di rumah sederhana yang bisa mengakrabkan Sudi sekeluarga dengan susanan kedinginan. Keadaan yang memungkinkan untuk Sudi melanjutkan ke Universitas, tidak membuatnya menyerah. Pria yang berprinsip, belajar dengan membaca adalah sumber keberhasilan ini mengikuti kursus bahasa Inggris di ILC Anugrah Denpasar dan menjalani program D1 di BLKP.
Untuk membiayai pendidikannya, Sudi berjualan kelapa hampir setiap malam di Pasar Badung yang saat itu dibantu pamannya yang memang seorang penjual kelapa. “Saya tingal di rumah kotrakan paman, di Jalan Kemuda No.46 Tonja Denpasar. Saya dan paman jualan di pasar hampir setiap malam dari jam 1.00 dini hari sampai jam 7.30 pagi. Setelah itu, saya kursus bahasa Ingris dengan jalan kaki,” kisahnya yang dilakukannya selama delapan bulan. “Melihat kerja keras saya, ayah membelikan sepeda motor Vespa. Saya pakai untuk mempraktikkan kecakapan bahasa ingris di kawasan pariwisata Denpasar seperti Museum Bali dan Art Centre,” tambah Sudi yang juga sempat menjadi salesman dan pembantu rumah tangga ini. Surat lamaran kerja ke hotel-hotel atau restaurant untuk mendapatkan gaji yang lebih baik selalu ditolak. Akhirnya berkat jalan yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa serta karena rajin sembahyang dan tekun, Sudi diterima di salah satu hotel bintang 5 yang terfavorit pada saat itu yaitu Hotel Nikko Bali di Nusa Dua sebagai Bartender.
Setelah satu tahun, Sudi pulang dengan bangganya membawa Sepeda kaze baru dari hasil jerih payah sendiri. Selama di Hotel Four Season Jimbaran Bali, Sudi mendapatkan pelajaran dan berbagai training hospitality yang bermanfaat bagi kariernya ke depan. Akan tetapi, sifat Sudi yang sangat menyukai tantangan dan mencoba hal yang baru, membuatnya mencoba melamar di perusahaan kapal pesiar. Saat itu, Sudi terinpirasi oleh menantu tuan rumahnya. “Beliau menyarankan untuk berangkat ke kapal pesiar dan beliau memberikan bukti pada waktu itu setiap liburan beliau bisa beli mobil baru, beli tanah, dan bantu keluarga,” ungkap Sudi. Akhirnya, pada tanggal 1 Desember 1999, tepat hari ulang tahun ke-24 , Sudi meninggalkan Bali bersama temannya yaitu Nyoman Dauh dari Karangasem untuk bergabung ke Kapal Celebrity Zenit milik Apollo pada waktu itu. “ini bagaikan hadiah ulang tahun yang tidak ternilai harganya bagi saya,” ungkapnya.Setelah berasil menset-up Martini Bar di Millenium Ship , Sudi dipercaya untuk membuka kapal Class Millennium lainnya seperti : Infinity, Submit, Constelation dan Century.
Berbagai penghargaan diperoleh dari perusahan kapal pesiar Celebrity. Bagi ayah dua orang anak ini, tahun 2008-2009 adalah tahun yang benar – benar penuh perjuangan di dalam kariernya. Hingga kini, Sudi mengembangkan sebuah sekolah yang dinamai Monarch yang mempunyai 5 cabang di Bali. Sampai saat ini Monarch Dalung/Badung, Singaraja, Gianyar, Karangasem, dan Negara. Dengan kesibukan yang padat sebagai pimpinan agen dan pemilik Sekolah Pariwisata Monarch, kini suami Ibu Lilik ini masih bisa menyisihkan waktu untuk menuntut ilmu di sebuah universitas swasta di Denpasar dengan jurusan Sastra Inggris. “Dengan pengalaman hidup dapat keliling dunia dan melihat betapa indahnya dunia ini dapat saya simpulkan bahwa kita harus mensyukuri apa yang kita miliki, dan jangan merasa berkecil hati jikalau kita miskin, gagal, bersedih dan banyak lagi perasaan negatif lainnya. Begitu pula jangan merasa angkuh, sombong, arogan, karena di dunia sana masih ada orang lebih miskin atau lebih kaya. Kesimpulannya, “di atas langit ada langit”. Maka bersyukurlah dan berkarya yang pada akhirnya kita patut mensyukuri karya kita,” tegas Sudi.
Untuk membiayai pendidikannya, Sudi berjualan kelapa hampir setiap malam di Pasar Badung yang saat itu dibantu pamannya yang memang seorang penjual kelapa. “Saya tingal di rumah kotrakan paman, di Jalan Kemuda No.46 Tonja Denpasar. Saya dan paman jualan di pasar hampir setiap malam dari jam 1.00 dini hari sampai jam 7.30 pagi. Setelah itu, saya kursus bahasa Ingris dengan jalan kaki,” kisahnya yang dilakukannya selama delapan bulan. “Melihat kerja keras saya, ayah membelikan sepeda motor Vespa. Saya pakai untuk mempraktikkan kecakapan bahasa ingris di kawasan pariwisata Denpasar seperti Museum Bali dan Art Centre,” tambah Sudi yang juga sempat menjadi salesman dan pembantu rumah tangga ini. Surat lamaran kerja ke hotel-hotel atau restaurant untuk mendapatkan gaji yang lebih baik selalu ditolak. Akhirnya berkat jalan yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa serta karena rajin sembahyang dan tekun, Sudi diterima di salah satu hotel bintang 5 yang terfavorit pada saat itu yaitu Hotel Nikko Bali di Nusa Dua sebagai Bartender.
Setelah satu tahun, Sudi pulang dengan bangganya membawa Sepeda kaze baru dari hasil jerih payah sendiri. Selama di Hotel Four Season Jimbaran Bali, Sudi mendapatkan pelajaran dan berbagai training hospitality yang bermanfaat bagi kariernya ke depan. Akan tetapi, sifat Sudi yang sangat menyukai tantangan dan mencoba hal yang baru, membuatnya mencoba melamar di perusahaan kapal pesiar. Saat itu, Sudi terinpirasi oleh menantu tuan rumahnya. “Beliau menyarankan untuk berangkat ke kapal pesiar dan beliau memberikan bukti pada waktu itu setiap liburan beliau bisa beli mobil baru, beli tanah, dan bantu keluarga,” ungkap Sudi. Akhirnya, pada tanggal 1 Desember 1999, tepat hari ulang tahun ke-24 , Sudi meninggalkan Bali bersama temannya yaitu Nyoman Dauh dari Karangasem untuk bergabung ke Kapal Celebrity Zenit milik Apollo pada waktu itu. “ini bagaikan hadiah ulang tahun yang tidak ternilai harganya bagi saya,” ungkapnya.Setelah berasil menset-up Martini Bar di Millenium Ship , Sudi dipercaya untuk membuka kapal Class Millennium lainnya seperti : Infinity, Submit, Constelation dan Century.
Berbagai penghargaan diperoleh dari perusahan kapal pesiar Celebrity. Bagi ayah dua orang anak ini, tahun 2008-2009 adalah tahun yang benar – benar penuh perjuangan di dalam kariernya. Hingga kini, Sudi mengembangkan sebuah sekolah yang dinamai Monarch yang mempunyai 5 cabang di Bali. Sampai saat ini Monarch Dalung/Badung, Singaraja, Gianyar, Karangasem, dan Negara. Dengan kesibukan yang padat sebagai pimpinan agen dan pemilik Sekolah Pariwisata Monarch, kini suami Ibu Lilik ini masih bisa menyisihkan waktu untuk menuntut ilmu di sebuah universitas swasta di Denpasar dengan jurusan Sastra Inggris. “Dengan pengalaman hidup dapat keliling dunia dan melihat betapa indahnya dunia ini dapat saya simpulkan bahwa kita harus mensyukuri apa yang kita miliki, dan jangan merasa berkecil hati jikalau kita miskin, gagal, bersedih dan banyak lagi perasaan negatif lainnya. Begitu pula jangan merasa angkuh, sombong, arogan, karena di dunia sana masih ada orang lebih miskin atau lebih kaya. Kesimpulannya, “di atas langit ada langit”. Maka bersyukurlah dan berkarya yang pada akhirnya kita patut mensyukuri karya kita,” tegas Sudi.
Kisah Anak Desa Sukses Bangun Sekolah Pariwisata
4/
5
Oleh
I Wayan Budiana