Kisah Sukses Usaha Rempeyek Kustinah pada tahun lalu hanya menjadi usaha sampingan bagi Kustinah. Ia tidak menyangka, bisnis pembuatan camilan yang renyah itu bisa berkembang seperti sekarang. Dari bisnis ini, dia bisa mendapatkan omzet Rp 300 juta per bulan. Lumayan fantastis. Kustinah dulunya hanya ibu rumah tangga biasa. Sedangkan suaminya bekerja sebagai penggali sumur. Lantaran, usaha suaminya pasang surut, dia mencari cara menambah penghasilan. Kustinah lalu bekerja sebagai penggoreng rempeyek di salah satu produsen rempeyek di kampungnya, Palema-du. Di kampungnya, Desa Pelemadu, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, Kustinah memproduksi rempeyek bersama tetangga-tetangga-nya. Tak hanya bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari, dari bisnis ini, diajuga bisa membeli kendaraan motor dan mobil.
Setelah beberapa lama bekerja sebagai penggoreng rempeyek, Kustinah memulai bisnis rempeyek sendiri. Dari usaha coba-coba ini, kini Kustinah mampu menjual 5.000 bungkus rempeyek tiap hari dengan harga Rp 2.700 per bungkus. Setiap bungkus berisi sekitar delapan rempeyek. Jika dia menerima pembayaran langsung-dari agen di Temanggung, untuk pasar Jakarta dia menerima pembayaran saat barang sampai di tujuan. Karena harus menanggung biaya pengiriman, maka hargajual di Jakarta naik menjadi Rp 3.400 per bungkus. Untuk memastikan kualitas, Kustinah sampai saat ini masih terus terlibat dalam proses produksi. Selain membeli bahan baku, dia juga mengawasi penggorengan.
Permintaan yang membludak, membuat jumlah jam kerja selama delapan jam sehari belum bisa memenuhi seluruh pesanan. Kustinah merupakan salah satu pengusaha rempeyek paling sukses di Desa Palemadu, Bantul. Dia memiliki 10 tungku pengo-rengan dengan 35 pekerja Tak hanya perempuan yang ;. bekerja di dapur, ia juga memperkerjakan kaum laki-laki untuk memasak rempe- yek. “Laki atau perempuan sama saja,” katanya.
Setelah beberapa lama bekerja sebagai penggoreng rempeyek, Kustinah memulai bisnis rempeyek sendiri. Dari usaha coba-coba ini, kini Kustinah mampu menjual 5.000 bungkus rempeyek tiap hari dengan harga Rp 2.700 per bungkus. Setiap bungkus berisi sekitar delapan rempeyek. Jika dia menerima pembayaran langsung-dari agen di Temanggung, untuk pasar Jakarta dia menerima pembayaran saat barang sampai di tujuan. Karena harus menanggung biaya pengiriman, maka hargajual di Jakarta naik menjadi Rp 3.400 per bungkus. Untuk memastikan kualitas, Kustinah sampai saat ini masih terus terlibat dalam proses produksi. Selain membeli bahan baku, dia juga mengawasi penggorengan.
Permintaan yang membludak, membuat jumlah jam kerja selama delapan jam sehari belum bisa memenuhi seluruh pesanan. Kustinah merupakan salah satu pengusaha rempeyek paling sukses di Desa Palemadu, Bantul. Dia memiliki 10 tungku pengo-rengan dengan 35 pekerja Tak hanya perempuan yang ;. bekerja di dapur, ia juga memperkerjakan kaum laki-laki untuk memasak rempe- yek. “Laki atau perempuan sama saja,” katanya.
Kisah Sukses Usaha Rempeyek Kustinah
4/
5
Oleh
I Wayan Budiana